BUDAYA POP DARI KOREA SELATAN
Budaya pop merupakan budaya
vernakular yang diamalkan oleh masyarakat modern. Sebagai totalitas ide, prespektif dan
pencitraan. Gelombang budaya pop memang mengikuti
irama globalisasi, sehingga rasanya juga sulit untuk ditolak oleh manusia di
dunia ini. Makanya, oleh sebab itu tidak ada formulasi untuk menggalang
perlawanan terhadap globalisasi yang menjadi sarana munculnya budaya pop.
Bahkan perlawanan juga percuma sebab pengaruh globalisasi tersebut memang
sangat dahsyat.
Bagaimana budaya pop tersebut menerpa dunia.
Serbuan budaya pop tersebut kemudian menjadi bagian dari budaya di tempat lain.
Gelombang dahsyat budaya pop tersebut, salah satunya datang dari Negeri
Ginseng, yang disebut sebagai Korean Wave. Begitu hebatnya Korean Wave
tersebut, maka sekarang negeri Ginseng tersebut menjadi satu di antara 10
negara pengekspor budaya pop di dunia internasional. Budaya pop adalah bagian
dari efek globalisasi yang kehadirannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan modernisasi dan konsumerisasi. Di tengah arus ini, maka akan terjadi
pusaran dan tarikan kepada siapa saja yang mencoba untuk terlibat di dalamnya.
Hanya
sayangnya bahwa masyarakat Indonesia belum bisa menjadi pemain dari budaya pop
ini. Kebanyakan dari kita adalah konsumen yang dengan gegap gempita
menyambutnya tanpa pernah berpikir kapan kita akan menjadi pemain. Dan hal itu kebukti, dimana rasa cinta akan budaya pop
dari negeri ginseng itu, lebih kuat dibandingkan dengan budaya Indonesia.
Kebanyakannya
isi budaya pop ditentukan oleh industri-industri yang menyebarkan bahan-bahan
kebudayaan, misalnya film, tv dan termasuk industri-industri
penerbitan media berita, seperti majalah, tabloid,dan
lain-lain. Bagaimanapun, budaya pop tidak boleh hanya
dianggap sebagai produk dari trand industri-industri saja. Sebaliknya,
budaya pop merupakan hasil dari interaksi yang
berlangsung antara industri-industri tersebut dan orang-orang di dalam
masyarakat yang menggunakan produk-produk itu.
Tentu
saja budaya pop juga menambah nilai positif menjadi salah satu medium promosi
negeri Ginseng di dalam perbincangan internasional. Jadi sesungguhnya juga
terdapat keuntungan yang dihasilkan dari mencuatnya budaya pop Korea Selatan
tersebut bagi negerinya. Bukan hanya artisnya yang dikenal, atau filmnya yang
menjadi kesohor, akan tetapi juga pemasukan untuk negeri tersebut menjadi
bertambah.
Selalu
ada sesuatu yang secara sistematik berkaitan antara satu dengan lainnya.
Lahirnya budaya pop berpengaruh terhadap image negeri tersebut dalam kancah
internasional dan kemudian secara berantai dapat meningkatkan kunjungan wisata,
pendapatan nasional dan lainnya. Sesungguhnya melalui lahirnya budaya pop
tersebut maka banyak yang diuntungkan.
Indonesia
juga menjadi bagian dari keterpengaruhan budaya pop Korea Selatan ini. Beberapa
tahun terakhir sampai saat sekarang, banyak musik Korea Selatan yang
digandrungi oleh para remaja Indonesia. Kemudian menyusul miniseri dan film
Korea Selatan. Nama-nama bintang film Selatan begitu digandrungi oleh anak muda
Indonesia.
Maka tanpa disadari para remaja indonesia lambat
laun akan bosan dengan budaya yang sebenarnya harus jaga dan dilestarikan.
Kecintaan akan musik dan trand ala korea,
para remaja juga memperoleh nilai positif dalam pengetahuan. Tanpa
disadari secara tidak sengaja banyak pengetahuan-pengetahuan umum yang didapat.
Mulai dari bahasa, gaya hidup, budaya dan lain-lain.
Kita dapat melihat contoh-contoh
budaya pop yang telah merajalela dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan segala
tentang budaya itu sudah dianggap lumrah oleh masyarakat Indonesia. Jika kita
agak sedikit kontra dengan budaya tersebut, maka sambutan yang kita peroleh
adalah “Ah, gak gaul lu…!” dan seperti iklan Telkomsel kalau gak gaul nanti gak trend alias katro. “ dan
masih banyak kata yang membuat para remaja tidak mau ketinggalan trand.
Untuk itu maka
terciptakan satu masyarakat yang konsumtif yang mau membeli barang-barang atau
jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Semangat inilah yang menjadi cikal bakal
munculnya budaya pop. Yang didalamnya
terdapat komunitas komsumtif yang tidak dapat membedakan kelemahan dan
kelebihan. Asal tidak dikatakan ketinggalan zaman.
Melalui
media televisi yang memang menjadi medium kuat munculnya budaya pop sangat
terasa betapa besar pengaruhnya. Sebagaimana diketahui bahwa televisi memang
menjadi ajang konsumsi entertainment yang paling besar. Sehingga apapun yang
ditayangkan di televisi dalam waktu yang sangat pendek akan bisa menjadi wacana
dan tindakan para pemirsanya.
Televisi
memang tidak hanya menyebarkan berita dan
pendidikan. Televisi juga menyebarkan iklan, hiburan dan sebagainya. Yang akan menjadi medium bagi masyrakat. Melalui
televisi, maka orang akan dapat mengetahui apa yang tejadi di tempat lain. Dan
bahkan juga perkembangan model, dunia fashion, teknologi, ilmu dan sebagainya
yang ada di tempat lain.
Gelombang
dahsyat televisi dapat mengantarkan orang bisa menjadi terkenal mendadak.
Sebagai contoh Coba dapat kita lihat bagaimana tayangan acara televisi indonesia.
Acara Empat Mata, yang membuat Tukul menjadi terkenal, Opera van Java yang
membuat Sule, Parto, Aziz, Nunung dan Andre menjadi semakin terkenal dengan
aksi komedi yang di sisi lain membuat masyrakat semakin dibodohkan. Karena
acara-acara seperti itu hanya kaum kapitalis yang mengarap keuntungan dari
reting. Selain itu adanya artis dadakan
yan terkenal melaui Youtube. Seperti Norman Kamaru, polteng Saipul Bahri dan penyanyi dangdut Ayu Tingting yang kini
namanya meroket berkat Internet.
Walaupun
terkadang
masyrakat pada umumnya menganggap bahawa
budaya pop adalah budaya gaul anak muda. Hal itu dilihat dari gaya berpakian(fashion) dan juga merambah ke
dunia kuliner, politik, pendidikan bahkan agama. Semua merupakan
rekaan sementara; gembar-gembur yang berkaitan dengan perkara-perkara budaya
pop sering merupakan pendahuluan yang kemudiannya menjadi sebagian dari budaya
harian masyarakat ataupun subbudaya, dan yang menjadi
media sasaran televisi dan internet.
Satu ciri budaya pop
adalah, budaya ini tidak menawarkan kedalaman. Budaya ini hanya menampilkan
manisnya kulit luar, ringan, gurih, renyah dan mudah dicerna serta mudah pula
hilang untuk digantikan dengan yang baru. Sesuai semangat kapitalisme, apa yang
ditawarkan oleh budaya pop adalah sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh
masyarakat yang menjadi sasaran budaya ini.
Sebagai contoh misalnya
musik. Musik Pop, tidak seperti musik-musik berat seperti musik Klasik yang
untuk bisa mengapresiasinya dibutuhkan ’sense’
dan pengetahuan yang memadai tentang musik. Orang yang mendengar musik klasik
adalah orang-orang yang memang membutuhkan musik.
Dan orang yang
membutuhkan musik yang bisa mengapresiasi musik klasik ini jelas jumlahnya
sedikit sekali. Jelas ini tidak sejalan dengan semangat kapitalisme yang
bertujuan mendapatkan sebanyak mungkin profit. Karena itu terciptalah aliran
musik pop yang bisa dikonsumsi oleh siapa saja dan tanpa perlu memiliki
pengetahuan dan apresiasi yang mendalam terhadap musik.
Dan tentu saja tidak
seperti musik klasik, dimana karya dari seorang Mozart di tahun 1500-an pun
masih didengarkan orang tanpa merasa bosan, meskipun disetel setiap hari. Musik
Pop, sesuai karakternya yang renyah, gurih, mudah dicerna dan mudah hilang.
Maka musik kik pop korea sekarang telah menjadi salah satu musik yang sangat
digemari oleh anak muda pada umumnya.
Bukan hanya musik, gaya
berpakaian remaja Indonesia saat ini telah korea-korean. Musik yang didengar
hanya musik ringan yang kalau dianalisa
isi dari musik tersebut tidak ada yang
membangun jiwa kepemimpin. Karena lirik lagu hanya menceritakan tentang percintan yang
membuat orang-orang terbawa suasana ketika mendengarkan lagu, yang saat ini
dikenal dengan istilah GALAU.
Para galau Lovers itu rata-rata anak alay yang komsumtif, yang tidak mau
ketinggalan dari trand, dan hasilnya mereka kelihatan seperti manusia aneh yang
memiliki sebuah kelainan. Dari segi penampilan mereka sesuai trand tetapi menimbulkan
kesan perlebihan. Banyak unsur-unsur
pakain indonesia, seperti batik yang jarang mereka gunakan. Mereka lebih
mengemari pakaian Korea sesuai yang dipakai sang idola, contohnya Boyband Super
Junior atau yang dikenal dengan SUJU. Dan masih banyak lagi artis-artis Korea yang digemari oleh para remaja.
Semua nama dihafal, apabila disuruh menghafal nama para mentri mereka lebih
merasa nyaman menghafal nama para artis negeri ginseng tersebut..
Selain gaya Fashion,
para remaja juga belajar bahasa korea pembuktian kecintaan mereka akan gaya
hidup orang korea. Maka tidak dapat di pungkiri kalau budaya pop juga
membawa nilai positif . karena yang mengemari music dari negeri ginseng ini, bukan hanya orang muda, para ibu rumah tangga yang
tidak ada kesibukan sangat mengemari seri drama dari korea yang isinya menurut
mereka lebih bagus ketimbang hasil karya dalam negeri.
Hal inilah, yang sering
saya alami. Ketika ke sebuah mall. Untuk menemukan pakian yang tidak trand
korea itu sangat sulit, jadi mau tak mau kita harus biasa menikmati budaya korea yang saat ini sedang
membumi dan menjadi penguasa. Dan
perubahan itu tidak menjadi masalah, malahan menambah profit bagi para
kapitalisme yang merasa kalau kita dapat menerima kebudayaan itu dengan lapang dada tanpa
mlakukan penolakan sama sekali.
Maka, dengan hadirnya
budaya pop ini mengundang banyak presepi
bagi kalangan yang mengerti tentang kelebihan dan kelemahan budaya pop. Tetapi
kalau bagi penikmat atau para komsumtif merasa ini sebuah produk baru yang
harus dibeli dan di gunakan agar tidak mersa ketinggalan zaman. Mereka tidak
pernah memimkirkan bagaimana dampak dari sesuatu yang mereka gunakan untuk
bangsa dan para penerus bangsa.
Kalau untuk Negara yang
seperti korea, apabila menerima budaya lain maka mereka tidak begitu dirugikan karena meeka telah
mampu menjadi pemain dalam munculnya kebudayaan baru itu. Tetapi yang sangat ironis terjadi bagi negara yang
sedang berkembang seperti indonesia,
kita hanya menjadi korban karena kita tidak sanggup seperti Negara lain,
yang terdaftar sebagai sepuluh Negara pencetus budaya pop. Karena kita hanya
sebagai playgiat yang tidak dapat berkembang karena kita sendri tidak dapat
menghargai kebudayaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar